A. Husnuzhan kepada Allah dan Sabar Menghadapi CobaanNya
Husnuzhan artinya berprasangka baik. Sedangkan huznuzhan kepada Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, karena Allah SWT terhadap hambanya seperti yang hambanya sangkakan kepadanya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamban kepadanya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut.
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari mempertegas hal ini:
Artinya :Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil“. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Orang yang berprasangka baik kepada Allah tentu meiliki akhlak yang baik (sifat terpuji). Akhlak yang baik merupakan modal yang lebih berharga dibanding dengan modal harta kekayaan. Selain itu akhlak mulia dapat meninggikan derajat dan martabat di hadapan manusia, sekaligus menyempurnakan iman dan mendekatkan hubungan kita kepada Allah. Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengingatkan kepada kita:
اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ خَلْقًا ( رواه الترمذى)
Artinya: “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi)
Itulah pentingnya pembinaan akhlak yang baik. Sehingga ketika Rasulullah SAW menjawab pertanyaan dari seorang badui pada suatu hari tentang pekerjaan yang mulia, apakah pekerjaan yang terkait diberikan oleh seorang manusia, maka beliau menjawab, bahwa pekerjaan yang mulia dan terbaik diberikan oleh seorang manusia adalah “akhak yang mulia”.
Rasulullah sendiri bersikap dan ber akhlakul mahmudah (akhlak mulia) sepanjang hidupnya. Sehingga beliau pernah memberikan penghargaan tersendiri kepada pengikutnyta yang berakhlak baik. Misalnya, suatu ketika Rasulullah diberi tahu bahwa seorang perempuan bernama Fulanah rajin shalat, puasa, dan sedekah, tetapi suka menyakiti tetangga dengan mulutnya. Apa kata Rasulullah? “ia akan masuk surga.”
Diantara akhlak terpuji yang dicontohkan Rasulullah ialah bahwa dia memiliki sifat sabar dalam kehidupannya. Sabar artinya orang yang mampu menahan diri atau mampu mengendalikan nafsu amarah. Sabar juga sering disebut dengan kemampuan seseorang dalam menahan emosi.
Sebenarnya orang yang sabar ialah orang yang keras, yaitu keras dalam menguasai nafsu amarah.
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ . اِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ ( رواه متفق عليه)
Artinya: “Bukan ukuran kekuatan seseorang itu dengan bergulat, tetapi yang kuat ialah orang yang menahan hawa nafsunya pada waktu marah” (HR Muttafaqu Alaihi)
Orang yang sabar bila menerima musibah, ia akan mampu mengendalikan perasaannya. Sehingga ia tidak terhanyut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Apalagi jika seseorang itu menyadari segala musibah dan cobaan itu datangnya dari Allah juga.
Adapun sabar dalam pengertian Islam ialah tahan uji dalam menghadapi suka dan suka hidup, dengan ridha dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah. Sabar itu diperintahkan dalam agama. Dalam Al Qur’an disebutkan:
Artinya: “Hai orang-orana yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.” (QS Al Baqarah ; 153)
Hidup di dunia tidak luput dari berbagai cobaan. Cobaan itu bisa berupa kesenangan dan kesusahan, sehat dan sakit, serta suka dan duka. Adakalanya hal itu dialami diri sendiri, keluarga, sahabat dan sebagainya.
Apa yang dialami manusia itu semua datangnya dari Allah dan merupakan ujian hidup. Berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam hidupm ini akan menambah keimanan kita apabila kita ikhlas menerimanya. Allah SWT menggambarkan dalam Al Qur’an berbagai macam cobaan yang akan dialami manusia serta bagaimana seharusnya sikap manusia dalam menerima cobaan tersebut.(lihat Al-Qur’an Online di google)
Artinya: “155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS Al Baqarah : 155-156)
Pada hakikatnya, apapun yang kita alami terhadap cobaan yang diberikan Allah, kita harus berbaik sangka. Misalnya, cobaan sakit, keluarga kita ada yang mengalami kecelakaan lalu lintas, semua itu adalah cobaan dan kita harus tabah dan tawakal menghadapinya. Karena semakin sayang Allah kepada seorang hambanya maka Allah akan menguji orang tersebut dengan cobaan yang lebih besar, sehingga kadar keimanannya bertambah pula. Bila ia dapat bersabar mene
Tidak ada komentar:
Posting Komentar