oleh : Lia febriliana
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswanya, salah satu cara yang ditempuh oleh guru ialah dengan menerapkan pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) dalam proses pembelajaran. Baik CBSA atau PKP merupakan pendekatan pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang berlaku.
Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya pendekatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendekatan yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar dinamakan pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Pendidikan karakter.
Dari hal tersebut dapat kita tahu bahwa objek pendidikan sekaligus menjadi subjek dan perilakui kegiatan pendidikan tersebut mampu berfikir mandiri yang menuntut interaksi dalam kehidupan lingkungan maupun didalam kelas yang tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah dan menyimak tanpa ada kegiatan untuk mengembangkan secara kreatif ide maupun sikap dan keterampilan secara mandiri.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di Bahasa dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Ruang lingkup pembelajaran dengan metode CBSA?
2. Bagaimana pembelajaran dengan berdasarkan pendidikan karakter?
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini:
1. Memahami Pembelajaran dengan CBSA
2. Memahami pembelajaran berbasis pendidikan karakter
BAB II
PEMBAHASAN
A. CARA BELAJAR AKTIF SISWA (CBSA)
Istilah CBSA semakna dengan Student Active Learning.Yaitu suatu cara belajar mengajar yang memberi peran lebih banyak kepada anak didik untuk aktif dalam proses belajar mengajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Disini pengertian CBSA kita pahami dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan pemahaman terhadap mengajar tersebut ditentukan oleh persepsi guru terhadap belajar. Yaitu jika belajar dianggap sebagai usaha untuk memperoleh informasi, maka mengajar adalah memberi informasi. Contoh belajar mengajar tersebut dalam pemahaman CBSA kurang mendapat tempat bagi CBSA. Sebab belajar dalam pengertian CBSA adalah kegiatan peserta didik untuk mampu mengolah informasi, maka pengertian mengajar adalah usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar.
1. PENGERTIAN PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan tertentu.
Menurut Nana Sujana (1988), dikatakan bahwa CBSA adalah suatu proses belajar-mengajar yang menggunakan berbagai metode yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.
Menurut Misbah Partika (1987), dikatakan CBSA adalah proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitik beratkan kepada keaktifan yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif dan psikomotor secara optimal.
Bertitik tolak dari beberapa definisi tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan suatu pendekatan yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar dengan menekankan pada keterlibatan kemampuan peserta didik, baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosionalnya sehingga diperoleh hasil belajar yang berupa keteerpaduan antar aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam kesatuan pribadi peserta didik yang utuh seperti yang diinginkan dalam tujuan pendidikan nasional.
Strategi pendidikan/ pembelajaran diantaranya menata lingkungan belajar agar proses belajar menggairahkan/ menyenangkan. Dengan melibatkan siswa dalam belajar (pembelajaran aktif) untuk membentuk pemikiran yang reformatif. Pembelejaran aktif akan terbentuk jika:
a. Proses pembelajaran menjadi alat ukur, sehingga siswa gemar untuk belajar
b. Mengedepankan pola pikir yang konvergen
c. Pendidikan dimaknai sebagai proses belajar bukan sebuah budaya apalagi legalitas semata.
d. Pembelajaran aktif akan terbentuk jika melibatkan seluruh komponen yang terkait seperti pemerintah, sekolah, masyarakat, otangtua, guru dan siswa itu sendiri.
e. Guru meningkatkan kemampuan profesinya (sesuai bidang studi dan kemanusiaan; agar hubungan guru dan siswa terbangun dengan baik bukan seperti produsen dan konsumen)
2. RASIONALISASI CBSA DALAM PEMBELAJARAN
Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang.
Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Dengan demikian, dalam belajar orang tidak mungkin melimpahkan tugas-tugas belajarnya kepada orang lain. Orang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar.
Bertolak dari pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam konsep belajar seumur hidup dan konsep belajar serta kenyataan proses pembelajaran, maka peningkatan penerapan CBSA merupakan kebutuhan yang harus segera terpenuhi. Dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh. Di sisi lain, guru diharapkan bekerja secara profesional, guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis, dengan pemikiran mengapa dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran aktif (Raka Joni, 1992:11). Sehingga di kemudian hari penerapan CBSA pada gilirannya akan mencetak guru-guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam dan sosial budaya.
3. KADAR CBSA DALAM PEMBELAJARAN
CBSA akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggi apabila pembelajaran lebih berorientasi kepada siswa, dan akan terjadi sebaliknya bila arah pembelajaran cenderung beroientasi kepada guru.
Ada 6 (enam) dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar ke-CBSA-an yang dikemukakan oleh Mc Keachie, yaitu:
1). Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
2). Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
3). Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antarsiswa.
4). Kekohesifan (kekompakkan) kelas sebagai kelompok.
5). Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
6). Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembelajaran.
4. RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN CBSA
Hakikat CBSA adalah ketrlibatan intelektual-emosional siswa secara optimal dalam proses pembelajaran; dan setiap proses pembelajaran memiliki kadar CBSA yang berbeda-beda. Rambu-rambu CBSA adalah gejala-gelaja yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun dalam proses pembelajaran. Rambu-rambu yang dimaksud adalah:
1). Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan.
2). Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya.
3). Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.
4). Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
5). Keingintahuan yang ada pada diri siswa.
6). Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa.
7). Kuantitas dan mualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa.
8). Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator.
9). Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran.
10). Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.
11). Keterikatan guru terhadap program pembelajaran.
12). Variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran.
13). Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
Rambu-rambu CBSA tersebut, akan dapat digunakan untuk mengetahui kadar ke-CBSA-an suatu proses pembelajaran apabila dirumuskan kembali ke dalam bentuk panduan observasi atau instrumen lain.
5. PENERAPAN CBSA
Konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa ialah:
1). Guru merupakan seorang pengelola (manager) dan perancang (designer) dari pengalaman belajar.
2). Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership)
3). Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya.
4). Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar (learning requirements).
5). Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
6). Tujuan ditulis secara jelas
7). Semua tujuan diukur/dites.
Konsekuensi tersebut menuntut guru agar guru memiliki khasanah pengetahuan yang luas tentang teknik/cara penyampaian atau sistem penyampaian, dan guru juga harus memiliki kriteria tertentu untuk memilih sistem penyampaian yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Agar seorang guru mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memiliki kadar CBSA tinggi, maka dalam memilih dan menentukan teknik pembelajaran atau sistem penyampaian hendaknya benar-benar mempertimbangkan kemanfaatan dari teknik pembelajaran yang dipilihnya. Kadar CBSA dalam suatu proses pembelajaran terllihat sejak guru membuat persiapan pembelajaran, yakni pada jabaran kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa.
6. PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SEBAGAI BAGIAN DARI CBSA
1). Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pengajaran
Terdapat dua aspek penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa, dan aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran mengandung makna untuk meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri.
2). Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses dan Keterkaitannya dengan CBSA
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 b:7). PKP dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.Pendekatan keterampilan proses ini adalah:
a. PKP sebagai wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa.
b. Fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang itemukan dan dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa.
c. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa.
PKP tidak mungkin dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang tidak menerapkan CBSA, PKP berjalan secara optimal apabila kadar CBSA proses pembelajaran tinggi, dan sebaliknya. Dengan kata lain, PKP berinteraksi secara timbal-balik dengan penerapan CBSA dalam proses pembelajaran.
3. Jenis-Jenis Keterampilan dalam Keterampilan Proses
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, yaitu terdiri dari:
a. Keterampilan dasar (basic skills), yang terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.
b. Keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills), terdiri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen. (Funk, 1985: xiii)
4. Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran/bidang studi. Selain itu, kita perlu menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu macam keterampilan proses.
Mengingat keterampilan terintegrasi dalam PKP merupakan keterampilan melaksanakan suatu kegiatan penelitian, maka penerapannya dalam pembelajaran hendaknya dilakukan dengan urutan yang hierarkis. Dengan kata lain, sebelum satu keterampilan dikuasai siswa jangan berpindah kepada keterampilan yang lainnya.
B. Pendidikan Karakter
Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 – 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain adalah dalam mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
Pendidikan Hal penting di masa kini. Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai disadari pentingnya upaya untuk membentuk, mengarahkan, dan mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat.
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan pengembangan potensi – potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai – nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation), dan keterampilan (skill).
Menurut Thomas Lickona pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan dan melakukan nilai – nilai etika yang inti.
Menurut John Sewey merupakan hal yang lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak (karakter) merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti di sekolah
Dalam dunia pendidikan ada 2 komponen penting yang ingin dicapai yakni pembentukan karakter dan kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan diri secara intelektual sedangkan karakter adalah bentuk pengembangan diri. Kata karakter berasal drai bahasa Inggris character, yang berarti tingkah laku yang baik. Tingkah laku terwujud dari kesadaran menjalankan peran, fungsi dan tugasnya mengemban amanah dan tanggung jawab. Karakter merupakan dasar, ruh atau jiwa. Tanpa karakter kompetensi bisa liar, karena tumbuh tanpa rambu dan aturan sebagai karakternya.
Karakter merupakan kumpulan sifat baik yang menjadi perilaku sehari-hari sebagai perwujudan kesadaraan menjalankan peran, fungsi dan tugasnya dalam mengemban amanah dan tanggung jawab. Karakter itu ialah upaya untuk perbaikan diri, karakter merupakan perilaku sehari-hari yang perlu dilatih, sehingga dapat menjadi kebiasaan.
Dalam bahasa agama, karakter adalah takwa. Orang yang bertakwa ingin mendekatkan diri kepada Tuhan, karena orang yang bertakwa pasti takut pada Tuhan, karena takut maka tidak akan membuat bencana di muka bumi. Karakter atau takwa itulah yang mengantar pada kenyamanan, ketentraman, keselamatan dan kebahagiaan.
2. Fungsi karakter
Menjaga harkat manusia agar perilakunya tidak lebih buruk dari hewan. Karakter merupakan perilaku baik dalam menjalankan peran dan fungsinya sesuai amanah dan tanggung jawab, karena karakter mengarah pada suatu yang agung. Bila ingin mengetahui karakter seseorang maka berilah dia kekuasaan. Sekolah menjadi agen sosialisasi yang terfokus pada penanaman pendidikan karakter, salah satu bentuk penanaman karakter ialah dengan pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.
Dalam tulisan Mochtar Buchory dalam bukunya yang berjudul “Memulyakan Kehidupan, menyimpulkan 3 tujuan pendidikan, yaitu:
a. Agar peserta didik bisa menghidupi diri sendiri (ilmu yang siap pakai dan keterampilan)
b. Agar peserta didik bisa bermanfaat lebih dengan menghidupi orang lain
c. Memuliakan kehidupannya
Di dalam sekolah, guru bukan hanya sebagai pengajar tetapi lebih dari itu yakni sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik mempunyai tugas yang berat, karena sang pendidik harus membuktikan dirinya memang telah mempraktekkan apa yang diajarkan. Mengajar itu mudah karena hanya menyampaikan pengetahuan. Mencari nilai baik pun bukan perkara sulit. Namun berperilaku baik itulah yang tersulit, jauh lebih sulit ketimbang menunutut ilmu.
Dalam membangun karakter sangatlah sulit, karena berarti kita harus menghancurkan ego dan nafsu. Karakter merupakan aset berharga, karakter merupakan proses yang tidak akan pernah berhenti. Karakter merupakan fondasi, apapun yang dibangun diatas karakter maka akan berkembang baik dan bermanfaat. Namun ketika karakter terpuruk maka tidak jelas lagi batas kehidupan, yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Tanpa karakter, manusiapun bisa unggul dengan kompetensinya. Menjadi orang penting itu baik, namun yang lebih penting ialah jadilah orang baik.
3. Bentuk-bentuk karakter
Berdasarkan landasan filosifisnya, terdapat dua karakter yang dapat dikembangkan oleh diri, yakni:
a. Karakter pokok dibagi menjadi:
• Karakter dasar, berfungsi untuk mengembangkan menjadi kepribadian yang kuat. Adapun yang termasuk dalam karakter dasar atau karakter pokok, yakni, tidak egois, jujur dan disiplin. Tidak egois dapat diibaratkan mengalir bagai air. Maknanya ialah bersyukur. Yang belum ada tidak mengganggu pikirannya. Di dalamnya terdapat sifat mengalah, sehingga nafsu ingin memilikinya tipis. Jujur, merupakan kunci hidup, siapa yang jujur maka pintu kebaikan terbuka, siapa yang tidak jujur pintu kejahatan terbuka. Jujur merupakan satu nilai menuju amanah (dapat dipercaya). Disiplin, merupakan kualitas diri, disiplin akan melahirkan kedisiplinan dan memotivasi pihak lain. Namun, orang yang tidak disiplin akan merusak sistem.
• Karakter unggul, berfungsi sebagai modal dalam hidup. Adapun yang termasuk dalam karakter yang unggulan yaitu, ikhlas, sabar, bersyukur, bertanggung jawab, berkorban, perbaiki diri, dang sungguh-sungguh.
• Karakter pemimpin, berfungsi untuk menjadikan pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan untuk menjalankan aktivitasnya. Adapun yang termasuk dalam karakter pemimpin yaitu, adil, arif, bijaksana, ksatria, tawadhu, sederhana, visioner, solutif, komunikatif, dan inspiratif.
Karakter dasar merupakan modal untuk maju menjadi individu yang unggul. Karakter dasar dan karakter unggul diibaratkan, karakter dasar sebagai tiang rumah yang wajib, sedangkan karakter unggulan ialah anjuran, seperti jendela. Rumah bisa tegak tanpa jendela, namun rumah tanpa jendela tidaklah sehat.
b. Karakter pilihan, yakni karakter yang dapat dikembangkan sesuai dengan profesi yang diemban untuk meningkatkan atau menopang profesionalitas. Hal ini tidak dapat dijadikan ukuran karena perbedaan tersebut akan mewarnai kehidupan manusia.
4. Strategi Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter cenderung tak akan pernah tersentuh secara nyata jika ada hanya sebatas proses pemahaman tentang karakter atau hanya bersifat informasi tanpa adanya tindakan. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran disekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekan.
Pendidikan Karakter merupakan sebuah proses (step by step) Kunci dari pendidikan karakter adalah disiplin, komitmen dan penerapan. Pendidikan Karakter tidak hanya diberikan secara teoritik di sekolah, namun juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan menjadi kebiasaan. Strategi Pendidikan Karakter melalui Multiple Talent Aproach
Strategi Pendidikan Karakter ini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi akan (Self Concept). Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimiliki. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas, dan cara ini biasanya ditandai dengan prestasi akademik yang diperoleh di sekolahnya.
Bagi Orang tua atau guru , yang dibutuhkan adalah kreativitas dan kepekaan untuk mengasah anak tersebut. Baik guru atau orang tua juga harus berpikir terbuka, keluar dari paradigma tradisional. Kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Kecerdasan bagaikan sekumpulan keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Melalui pengenalan Multiple Intellegence, kita dapat mempelajari kekuatan atau kelemahan anak dan dapat memberikan mereka peluang untuk belajar melalui kelebihan mereka, tujuannya adalah agar anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dunia. Ketika kehilangan kekayaan, kita tidak kehilangan apa-apa. Ketika kehilangan kesehatan, kita kehilangan sesuatu. Ketika kehilangan karakter, kita kehilangan segala-galanya.
5. Tujuan Pendidikan Karakter
Mengacu pada fungsi pendidikan Nasional. UU RI No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Adapun tujuan pendidikan karakter sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga Negara yang berbudaya dan karakter bangsa.
2. Mengembangkan Kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,kreatif, berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi.
6. Nilai Pembentuk Karakter Bangsa
Pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18
nilai yang besumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu:
1). Religius
2). Jujur
3). Toleransi
4). Disiplin
5). Kerja Keras
6). Kreatif
7). Mandiri
8). Demokratis
9). Rasa Ingin Tahu
10). Semangat Kebangsaan
11). Cinta Tanah Air
12). Menghargai Prestasi
13). Bersahabat / komunikatif
14). Cinta damai
15). Gemar membaca
16). Peduli lingkungan
17).Peduli sosial
18). Tanggung jawab
aspek ini hanya sebagai daftar rujukan para pendidik di setiap daerah. Inilah karena adanya keberagaman di negara kita.
7. Pelaksanaan Pendidikan Karakter
1). Sosialisasi kepada stakeholders (komite sekolah, masyarakat, dan lembaga tertentu).
2). Pengembangan dalam kegiatan sekolah, berupa:
a. Intergrasi dalam mata pelajaran yang ada (mengembangkan silabus
dan RPP)
b. Mata pelajaran dalam muatan lokal
c. Kegiatan pengembangan diri meliputi:
1 Pembudayaan dan pembiasaan:
• Pengkondisian
• Kegiatan rutin
• Kegiatan spontalitas
• Keteladanan
• Kegiatan terprogram
• Kantin kejujuran
2 Ektrakurikuler seperti Pramuka, PMR, UKS, KIR, Olahraga, dan
seni.
3 Bimbingan konseling (pemberian layanan bagi anak yang mengalami masalah).
8. Manfaat Pendidikan Karakter
1). Adanya perbaikan moral dan kesadaran dalam diri individu.
2). Dapat menanggulangi degradasi moral.
3). Individu memiliki tenggang rasa yang tinggi.
4). Tingkat pelanggaran dan kenakalan remaja akan semakin menurun.
5). Dan yang paling penting individu tersebut diharapkan dapat bertanggung jawab terhadap ilmu yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Jaelani S.dan Suriani dan Zahara.T. dan Sartini, ( 2015),DASAR – DASAR KEPENDIDIKAN, Pustaka Mandiri : Tangerang
Belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter ( online ) diakses 20 maret 2017 Pukul 10.53
fip.um.ac.id, Gunawan( 2012 ), Konsep- Implementasi ( Online) diakses 20 maret 2017 Pukul 09.00
Sudewo, E. (2011). Best Practice Character Building: Menuju Indonesia Lebih Baik. Jakarta: Republika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar