Kamis, 06 Februari 2020

PENGAWAS PAI HARUS MENJADI PROBLEM SOLVER BUKAN MENJADI TROUBLE MAKER

iahidarya | 13.39 |

PENGAWAS PAI  HARUS MENJADI PROBLEM SOLVER BUKAN MENJADI TROUBLE MAKER
Oleh : IA HIDARYA
Pengawas PAI SMA/SMK Kab Sukabumi
Cand.Doktor Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara Bandung

Membentuk  sikap  yang kritis, kreatif dan problem solver merupakan suatu tuntutan bagi seorang pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI). Maka untuk mencapai hal tersebut, seorang pengawas PAI  harus selalu up to date dan selalu melakukan pembaharuan strategi, metode dan teknik dalam tugas kepengawasannya. 
untuk sosok problem solver, pengawas PAI harus menjadikan masalah yang ditemukan sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dalam mencari pemecahan atau jalan keluarnya. Problem solver sangat besar pengaruhnya dalam proses pelaksanaan bimbingan dan pembinaan guru PAI, karena dengan adanya problem solver  maka proses pengawasan  akan semakin berkualitas. Seorang  pengawas PAI yang sudah menjadi  problem solver maka tentunya dia akan selalu  kritis dan kreatif. Oleh karena itu tuntutan menjadi problem solver seorang pengawas PAI harus memiliki pemikiran yang kritis.
Dalam proses membentuk sosok pengawas PAI  yang  problem solver  diperlukan gaya semangat konsientisasi, yaitu sebuah proses kesadaran manusia dalam berpartisipasi secara kritis untuk menuju pada suatu perubahan sangat diperlukan. Dalam hal ini peran  pengawasan  salah satunya  ialah kewenangan untuk mengarahkan guru agar bisa mencapai  tingkat kesadaran kritis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 
Berpikir kritis bukan berfikir biasa, namun sebuah proses penting, terarah, dan sistematis yang digunakan dalam kegiatan mental yang meliputi proses merumuskan masalah, membuat keputusan. Berfikir kritis juga melibatkan proses yang secara aktif dan penuh kemampuan untuk membuat konsep, menerapkan, menganalisis, menyarikan, dan mengamati sebuah masalah yang diperoleh ataupun diciptakan dari pengamatan, pengalaman, komunikasi dan lain sebagainya.  Ada dua komponen yang membentuk kemampuan berpikir kritis sesorang. Yaitu kemampuan untuk menghasilkan dan memproses informasi atau kepercayaan dan kebiasaan, dengan berdasarkan komitmen intelektual.
Proses pembimbingan terhadap guru harus bisa menempatkan guru  sebagai subjek pembelajaran dimana pengalaman mendidik dan mengajar guru digunakan sebagai patokan dalam materi tugas supervisi. Kegiatan pembinaan dan pembimbingan harus menggugah kesadaran kritis guru PAI dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam proses  pembelajaran. Pengawas PAI  memberikan suatu bahan permasalahan terkait pembelajaran PAI atau program keagamaan  untuk dikaji oleh guru, kemudian guru diberi kebebasan untuk berpendapat. Selanjutnya pendapat guru dibandingkan dengan pendapat pengawas, sehingga akan terjadi kolaborasi pemikiran yang pada akhirnya akan diperoleh  pemecahan masalah. Dengan begitu, masing-masing pihak akan saling menawarkan apa yang mereka mengerti dan ketahui, bukan sekedar doktrin atau intruksi.
Berpikir kreatif merupakan suatu aktifitas mental yang dilakukan untuk memupuk ide-ide yang orisinil serta menciptakan suatu pemahaman yang baru. Untuk memacu pengawas  PAI menjadi kreatif, maka harus mampu mengembangkan kreativitas dengan cara meluangkan waktu dan membuka ruang pemikiran yang luas untuk menuangkan segala ide dan imajinasinya dalam  profesinya sebagai pengawas PAI. Misalnya dengan kegiatan menulis yang memaparkan pengalamannya dalam tugas kepengawasan, melakukan penelitian atau temuan tentang metode kepengawasan. Bebaskan daya kreatif diri seluas-luasnya, jangan terlalu banyak menahan diri dalam melakukan suatu hal yang baru.
Problem solver merupakan sebuah mindset yang membawa seseorang berpikir positif untuk mencari jalan keluar dari permasalahan. Problem solver juga merupakan suatu proses mental yang memerlukan keterampilan lebih dalam menyelesaikan suatu masalah
Jadi, seorang Pengawas PAI dapat dikatakan telah menjadi problem solver, jika ia telah berfikir kritis dan kreatif.. Dengan memiliki kemampuan sebagai problem solver, maka kehadirannya selalu dinanti oleh guru-guru PAI, selalu dikenal sebagai pengawas yang memiliki banyak ide dalam menghadapi masalah, dan tentunya bukan menjadi trouble maker, yang kehadirannya menjadi petaka bagi guru.

Disarikan dari berbagai sumber dan pengalaman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar